Pertumbuhan Ekonomi Sumsel Tertinggi di Sumatera, Herman Khaeron Dorong Diversifikasi dan Hilirisasi Komoditas
Anggota Komisi VI DPR RI Herman Khaeron dalam agenda Komisi VI DPR RI ke Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Senin (23/6/2025). Foto : Saum/Andri
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi VI DPR RI Herman Khaeron menyoroti capaian positif pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan (Sumsel) yang stabil di angka 5,22 persen pada awal tahun 2025, yang mana mendudukan tertinggi di antara provinsi-provinsi lain di Pulau Sumatera. Namun, ia mengingatkan bahwa capaian tersebut tidak boleh membuat pemerintah daerah terlena.
Maka dari itu, ungkapnya, diversifikasi ekonomi dan penguatan sektor hilirisasi dinilai penting untuk menjaga keberlanjutan pertumbuhan di masa depan. Demikian pernyataan ini disampaikannya dalam agenda Komisi VI DPR RI ke Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Senin (23/6/2025).
“Pertumbuhan ini sebagian besar ditopang oleh komoditas seperti batu bara, sawit, karet, kopi, hingga tanaman kayu-kayuan. Namun, jangan sampai ketika batu bara habis atau harga sawit jatuh, ekonomi Sumsel ikut merosot,” kata Herman saat ditemui oleh Parlementaria.
Ia menegaskan pentingnya 'exit strategy' terhadap sektor-sektor berbasis eksploitasi sumber daya alam, terutama pertambangan. Menurutnya, perusahaan-perusahaan seperti PT Bukit Asam dan Inalum harus mulai menghitung valuasi ekonomi dari perspektif lingkungan.
“Jangan sampai eksploitasi jangka pendek seolah-olah memberikan pendapatan besar, padahal dalam jangka panjang justru merugikan rakyat Sumsel. Valuasi yang memperhitungkan nilai keekonomian jangka panjang dan biaya lingkungan harus dikembangkan,” tegasnya.
Sebagai contoh, dirinya menyarankan agar lahan bekas tambang batu bara dapat dikonversi menjadi perkebunan yang produktif. Hal ini menurutnya akan memberikan 'income sustainability' sekaligus mendorong pendapatan daerah dalam jangka panjang.
Lebih lanjut, Herman juga menekankan bahwa ketergantungan terhadap komoditas harus mulai dikurangi dan digantikan oleh sektor manufaktur sebagai penopang utama ekonomi daerah.“Komoditas itu idealnya berada di bawah sektor manufaktur. Kalau ada hilirisasi, maka akan ada nilai tambah. Ini membuka lapangan kerja, menumbuhkan ekonomi lokal, dan meningkatkan pendapatan daerah,” jelasnya.
Ia mendorong Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) agar lebih aktif memberikan pembiayaan kepada sektor manufaktur yang memiliki prospek. “Himbara tahu sektor mana yang punya potensi tapi jangan hanya pasif. Mereka harus ikut mendukung sektor riil,” tandas Politisi Fraksi Partai Demokrat itu. (um/rdn)